Negara yang Ramah, Murah Senyum,.
Kayaknya slogan itu udah mulai usang dan jadi lagu lama.
bukan hanya isapan jempol gw berkata demikian, setiap kali gw ke kafe, pusat perbelanjaan, bahkan warung tenda, sangat jarang sekali gw menemukan para pelayan yang murah senyum. Yang ada mereka males-malesan ngelayanin sambil menyimpan kembali hape mereka ke saku.
Mungkin kita sudah lupa bagaimana berinteraksi sosial secara nyata, karena semakin seringnya kita berinteraksi dengan sesama lewat media sosial yang memang tidak memiliki kandungan emosi didalamnya.
Apakah masih pantas kita disebut sebagai nagara ramah yang murah senyum??
Apakah kita sudah menjadi orang yang apatis, atau skeptis terhadap orang lain?.
Berita tentang kekerasan, pemerkosaan, pencurian udah banyak mensabotase otak ramah kita. Ditambah lagi kebanyakan kita emang orang penuh dengan gengsi, penuh dengan tatapan merendahkan (apalagi kalo liat gw yang kalo keluar pede dengan pakaian gembel. hehehe). yang dengan sikap yang demikian bakal terhindar dari teror dan perasaan rendah diri.
Gw bukan ngajak buat lo buat berubah jadi yg murah senyum setiap saat. Nggak.. Tapi cuma bertanya aja, apa masih pantas negara kita disebut sebagai negara ramah dan murah senyum??.
Kalo lo berpendapat masih, yuk mulai senyum lagi apapun masalah yg lagi lo hadapi. Tenang, gw temenin koq.
No comments:
Post a Comment